TRIBUNJOGJA.COM - Soal menumbuhkan minat konsumtivisme, Apple
adalah ahlinya. Produsen gadget yang bermarkas id Cupertino ini berhasil
membuat konsumen rela merogoh kocek dalam-dalam untuk membeli produk
seperti iPhone 5.
Tapi ternyata, seperti dilansir oleh Bloomberg Businessweek,
smartphone Apple yang sedang "hot" justru bukan iPhone 5, melainkan
model-model lawas seperti iPhone 4 dan 4S second hand alias bekas pakai.
Bisnis
jual beli perangkat iPhone bekas dilaporkan mengalami booming di pasar
negara-negara berkembang yang sensitif terhadap harga.
Saking
besarnya volume penjualan iPhone bekas, sejumlah retailer seluler di
Amerika Serikat kini berlomba-lomba menawarkan trade-in iPhone lama
untuk konsumen di negeri Paman Sam.
T-Mobile, misalnya, membuka
program tukar tambah iPhone 4 dan 4S dengan iPhone 5 senilai harga
perangkat ketika dibeli, sementara AT&T memberi harga 200 dollar AS
untuk satu unit iPhone 4S atau sama dengan harga iPhone 5 versi 16 GB
(dengan kontrak).
iPhone bekas yang didapat lalu dipoles oleh
kontraktor semacam ERecyclingCorps dan Brightstar untuk menghilangkan
cacat fisik dan menghapus data. Setelah itu barulah iPhone bekas
disalurkan ke distributor-distributor untuk dijual kembali, biasanya di
wilayah Asia.
Saat ini hanya 15 persen pengguna ponsel yang
menjual ponsel lama sebelum membeli model baru. Tapi angka tersebut
diperkirakan bakal bertambah seiring dengan semakin banyaknya pengguna
yang menyadari keuntungan dari menjual ponsel lawas.
Israel
Ganot, CEO perusahaan retailer Gazelle, salah satu pemain di bisnis jual
beli iPhone bekas ini, mengatakan bahwa nilai penjualan iPhone
second-hand perusahaannya bakal meningkat dua kali lipat menjadi 100
juta dollar AS tahun 2013.
Gazelle mengkapalkan hampir setengah dari produk-produknya ke reseller tingkat regional yang bermarkas di Hong Kong, China.
"Keinginan
konsumen di Amerika Serikat untuk mengikuti tren, bersama dengan
pertumbuhan yang sangat tinggi di pasar-pasar negara berkembang telah
menciptakan peluang yang luar biasa," ujar Ganot yang menawarkan harga
beli 210 dollar AS untuk sebuah iPhone 4S 32GB melalui situs Gazelle.
Smartphone tersebut biasanya dijual kembali seharga 450 dollar AS.
Pedang bermata dua
Apple
sendiri selaku produsen iPhone selama ini menganggap bisnis jual-beli
iPhone bekas sebagai batu sandungan karena menyaingi penjualan barang
baru.
Meski begitu, tak ubahnya sebuah pedang bermata dua,
booming iPhone bekas juga membantu Apple menghadapi dua masalah
sekaligus, yaitu mengosongkan stok iPhone 5 di Amerika Serikat dan
memberikan tawaran iPhone berharga terjangkau untuk konsumen di Asia,
Timur Tengah, dan Afrika.
Tanpa iPhone bekas di wilayah-wilayah
ini, Apple akan semakin sulit bersaing dengan smartphone Android yang
kini sudah menguasai 59 persen pasar global, dibandingkan porsi Apple
sebesar 19 persen.
"Ini ibaratnya win-win solution buat Apple.
(iPhone bekas) Membantu melawan serbuan Android," ujar analis NPD Group
Stephen Baker.
Apple juga dikabarkan tengah mempersiapkan sebuah
iPhone versi murah yang dibuat dari bahan plastik demi melebarkan sayap
ke segmen di luar "premium" yang ditempati produk iPhone selama ini.
"Apple
belum punya produk kelas menengah. (iPhone versi murah) adalah cara
untuk membuka ekosistem mereka untuk audiens yang lebih luas," jelas
presiden grup trade-in Brightstar Bela Lainck.
Tapi Stephen Baker
dari NPD berpendapat bahwa, dengan adanya booming penjualan iPhone
bekas, hal tersebut sebenarnya tak perlu dilakukan.
"Mengapa
repot-repot membuat sesuatu yang di bawah standar? Apple sudah punya
iPhone versi low-end, namanya iPhone 4 dan 4S," tukas Baker. (*
No comments:
Post a Comment